Masih hari yang sama, Jum’at, 14 Pebruari 2014, saat
sholat Jum’at, hujan abu sudah reda. Jama’ah ibadah Jum’at mbludag, karena
karyawan maupun murid sekolah pada libur. Khotibpun memberikan khotbah dengan
tema yang actual, cobaan Allah. Kita harus bersabar, nasehatnya.
Begitu usai sholat Ashar, tanpa ada komando, jalanan yang
semula lengang, mendadak ramai. Penduduk turun ke jalan. Pompa air dan selang
yang fungsinya untuk mengairi kebun salak berubah berfungsi untuk menggontor
jalan. Jalan-jalan kembali bersih. Kegiatan kerja bakti ini seakan lomba antar
RT, antar dukuh, masing-masing berusaha membersihkan jalan masing-masing
sebersih-bersihnya. Anak muda, orang tua, tentara polisi, karyawan semua berbasah-basah
sambil membawa sapu lidi, sekop atau karet pendorong lumpur. Beruntung
sungai-sungai di desa saat ini airnya cukup banyak, sehingga tidak kekurangan
air.
Ibu-ibu sibuk membersihkan teras dan halaman rumah
masing-masing. Terkadang mereka membuat galengan kecil di jalan di muka rumah
agar sebagian air yang di semprotkan di jalan masuk ke halaman. Mushola-mushola
di bersihkan halaman dan terasnya. Bahkan ada pula yang mengepel bagian dalam
mushola, sehingga sebelum Magrib, semua sudah bersih kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar