Orang desa sadar, agar dapat diambil manfaatnya, air
harus dikendalikan. Sekalipun air melimpah, namun tidak semua sawah bisa
terjangkau air dengan lancer. Sawah-sawah yang ledok, berarti sawah ini
mendapat pasokan alami yang baik dan bernilai tinggi. Sedangkan sawah yang
terletak pada tempat yang lebih tinggi dari muka sungai, memerlukan bantuan
akal petani.
Saluran-saluran irigasi dibangun untuk menjamin air
terbagi secara merata di sawah yang luas. Dibanyak tempat saluran-saluran
irigasi ini melintang diatas sungai induknya. Air melingkar menyinggahi
sawah-sawah yang letaknya tinggi terlebih dahulu, sebelum mengalir ke sungai
yang lebih rendah. Kadang-kadang pipa-pipa besar ini menjadi jembatan penduduk
yang mau menyeberang.
Berbeda dengan sungai-sungai di Kota Besar yang sudah
merana tercampur dengan limbah dan kotoran, sungai-sungai di desa bersih dari
sampah dan menjadi sarang wader,kuthuk (ikan gabus) lele, belut bahkan udang
kali. Warung-warung mangut kuthuk atau lele di desa tidak pernah kehabisan
bahan.
Tuhan menyediakan alam dan dunia ini bagi manusia. Tuhan
pula-lah yang memberi bekal manusia dengan akal dan kebijakan pikiran. Manusia
yang merugi adalah manusia yang mensia-siakan ketiga anugrah ini. Sedangkan
manusia yang beruntung adalah manusia bijak yang dengan akalnya memelihara
kelestarian alam seraya memanfaatkannya untuk meningkatkan taraf hidupnya
seraya memelihara dan mengendalikan sumber alamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar