Saat panen adalah saat yang paling diharap-harapkan oleh
petani. Hasil keringat selama tiga bulan akan segera bisa dinikmati. Panen
tidak dilakukan sendirian, mereka dibantu penduduk yang ikut memotong padi. Para
pembantu ini umumnya tidak memiliki tanah, sehingga mereka mengharapkan upah. Dengan
demikian, semua kebagian baik petani yang berkecukupan maupun petani yang tidak
memiliki sawah. Bagi-bagi rejeki panen
Panen kali ini ada panen kedua setelah musim tanam tahun
ini. Panen pertama yang lalu hasilnya bagus sekali, sedang panen kali ini
hasilnya tidak sebagus yang lalu. Hal itu biasa, panen pertama setelah musim
kemarau memang, bulir padi seakan kehausan menyedot hara tanah
sebanyak-banyaknya, sedang panen kedua mereka sudah tidak serakus semula. Sisa
musim kemarau tahun ini, petani tidak lagi menanam padi,cukup dua kali saja.
Padi yang ketiga pasti hasilnya sudah kecil sekali.
Sawah-sawah dalam beberapa bulan ini akan berubah menjadi
ladang. Pemandangan yang semula hijau sejauh mata memandang, sekarang akan bervariasi.
Banyak petani yang siap-siap menggilir sawahnya dengan tembakau, cabe, melon,
sayur atau tanaman-tanaman lain yang tidak banyak memerlukan air.
Begitulah, siklus pak tani berjalan terus sepanjang
sejarah pertanian di desa, sebelum sawah berubah menjadi ladang tebu karena
digadaikan tanda bahwa pak tani mulai kekurangan uang. Lha yang lebih
menyedihkan bila ia terpaksa menjual tanahnya ke orang kota, yang
merubahnya menjadi cluster pemukiman.
Terputuslah siklus pertanian, desa berubah menjadi kota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar