Ada sebuah buku. Halaman depan buku itu sudah ada,
indah. Hari kelahiran kita. Halaman demi halaman sudah di cetak dan sayangnya
sudah tidak mungkin di edit lagi. Ada buku yang sangat tebal, berisi
lembaran-lembaran beraneka ragam kehidupan kita. Namun ada juga yang sangat
tipis, tidak banyak yang bisa kita harus tulis dalam buku kita. Tentu saja
tebal tipisnya buku tidak berkaitan dengan indahnya isi buku. Ada yang
sekalipun tipis tapi sangat sejuk dibaca, namun ada juga yang tebal tapi sangat
menyebalkan saat terbaca.
Temens,
Halaman belakang buku kita adalah tanggal kematian kita.
Nah, masih tersisa lembaran dan halaman-halaman yang masih kosong yang menanti
tulisan kehidupan yang akan kita jalani. Saya tidak tahu, berapa halaman lagi
lembar kosong yang masih ada? Itu rahasia Illahi. Bayangkan, andaikata kita
tahu berapa lagi halaman kosong yang masih harus kita jalani. Pastilah
lembar-lembar akhir akan kita isi dengan kisah-kisah indah, bahkan mungkin
dengan tinta emas. Atau, mungkin karena UJUNG JALAN masih jauh, kita nikmati
dahulu sorganya dunia dengan nyaman dan menggemaskan ini.
Temens,
Setiap tahun, kita diingatkan dengan mile-stones,
patok-patok ulang tahun. Patok ini semacam signal alarm, bahwa makin berkurang juga
lembaran kosong yang masih tersedia. Do’a, tiupan lilin, nasi kuning dan ucapan
selamat, semoga makin memperkeras bunyi dering alarm di telinga kita
membersihkan patok-patok yang mungkin kusam berdebu terlena oleh nikmat ragawi.
Setiap hari 86.400 detik berlalu. Setiap ulang tahun, 31 juta detik kembali telah
berlalu. Ya Rabb, ampunilah hamba Mu yang kurang bersyukur dan angkuh ini. Ya Allah, sayangilah hamba Mu yang lemah rendah dan goyah ini …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar