Ada juga sisi yang membuat prihatin di desa, yakni melihat proses
pasca panen padi. Sebagai sumber padi, yang melimpah, desa seharusnya bisa
menjadi sumber bekatul yang luar biasa. Tetapi apa yang terjadi? Sejalan dengan
kemudahan menggiling beras, lenyaplah sumber zat penuh manfaat yang dihadiahkan
alam kepada manusia.
Bekatul atau Rice-bran adalah kulit ari beras, yang
terletak diantara butir beras (white) dan kulit padi (hull). Bagian ini adalah
bagian yang paling berharga dari seluruh produk bulir padi dan jumlahnya hanya
8 – 12% dari hasil gilingan gabah. Bekatul ini masih melekat pada beras yang
kita santap bila proses penggilingan padi masih menggunakan lesung. Namun seiring
dengan kemajuan teknologi, gilingan mesin masuk dengan dahsyat ke
pelosok-pelosok desa, maka lenyaplah bekatul. Terbuang bersama dengan sisa
gabah yang menjadi pakan hewan dengan harga yang super murah.
Orang desa banyak meniru kebiasaan orang kota yang tidak
baik, yakni kepengin makan nasi dari beras yang putih berkilat seperti mutiara.
Nah lho, jadi beras hanya menjadi karbohidrat, gula, sekedar pengenyang perut.
Padahal bekatul, mengandung kalori, kemudian protein dan sedikit karbo hidrat,
lemak dan tentu saja serat pangan. Disamping itu, bekatul adalah sumber alami dari 100 nutrisi penting yang
mendukung kesehatan secara keseluruhan termasuk 7 (tujuh)komponen Vitamin E
Kompleks, coq-10, Alpha Lipoic Acid, Glutathioine, vitamin B Kompleks,
Antioksidan, Karotenoid, Asam Amino Esensial, Asam Lemak Esensial , Enzim,
Fosfolipid, Polisakarida dan banyak lagi.
Bagi orang yang sudah berumur, bekatul adalah zat
bermanfaat, karena mengandung serat yang tinggi, memperlancar pencernaan, bagi
yang berolah raga teratur dapat dirasakan kebugaran yang meningkat dan daya
tahan fisik lebih prima. Banyak sekali penyakit yang dapat dihindari oleh
bekatul, diabetes, hypertensi, pengapuran
pembuluh darah, libido menurun, serangan jantung dan masih banyak lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar