Sabtu pagi, akhirnya saya bisa juga mengatasi rasa malas
untuk berangkat berolah raga.
Perlengkapan berenang telah disiapkan istri saya, sabun, shampoo,
handuk, celana ganti dan kacamata renang. Semua dimasukan kedalam tas dan saya
cantolkan di stang sepeda jengki tua, merk Phoenix, buatan China yang saya beli
dari tetangga seharga 250 ribu rupiah.
“Ati-ati ya pak”, kata istri saya sambil membukakan pintu
depan.
“In sya Allah”, jawab saya sambil bersiap mengayuh sepeda
dan
“Assalamu’alaikum”, saya meluncur keluar
“Wa’alaikum salam”, jawab istri saya
Saya kemudian meluncur di jalan kampung yang mulus. Masih sepi, anak-anak tentu sudah
berangkat sekolah. Ibu-ibu masih menyapu halaman atau belanja di warung.
Beberapa saat kemudian saya sudah berada di pinggir desa. Menyusuri jalan
beraspal, sebelah kanan sungai kecil yang airnya cukup deras, membatasi jalan
dengan kebun salak. Sebelah kiri kolam-kolam ikan dengan berbagai jenis ikan.
Nila, mujaer, gurame dan ada pula kakap. Mereka berenang-renang kesana kemari membuat
saya tersenyum iri.
Kemudian saya menyusuri jalan desa, kiri kanan hamparan
sawah hijau, di seling kebun cabai, kacang panjang atau buncis. Beberapa minggu
yang lalu lahan ini masih di tanami jagung dan tembakau, seolah bermain sulap,
tiba-tiba sudah menjadi sawah. Di pinggir jalan, banyak rumpun pisang, pohon
jati, nangka, kelapa atau semak rumput gajah yang subur. Ada kandang sapi jenis
Ongole dan dua buah pedati di luarnya.
Setelah menempuh lebih kurang 1.5 km sampailah saya ke
kolam renang kecil. Membeli tiket seharga Rp.3.500, harga ticket untuk bukan
hari libur. Sobekan ticket saya cemplungkan ke kotak yang disediakan, sambil
saya tuliskan nama dan nomor telepon. Sobekan yang lain saya simpan, siapa tahu
pada undian bulanan saya bisa memperoleh hadiah, sepeda gunung, tv atau kompor
gas.
Meregangkan badan sejenak, stretching pada semua
pesendian badan, saya kemudian dengan celana renang mulai membasahi tubuh,
mulai dari bagian kaki, betis terus keatas sampai rambut dan saya nyemplung ke
air.
Saya tolakan tubuh saya kedepan menuju ke seberang sambil
membaca, astaghfirullah, setiap tolakan tangan. Ya Allah, ampunilah dosa
hambamu ini. Banyak dosa yang telah hamba lakukan. Ampunilah. Air gunung yang segar bersih dari obat-obatan meluncur keseluruh permukaan tubuh saya,
setiap saya meluncur kedepan, semoga Allah mengampuni dan membersihkan tubuh
saya dari dosa.
Sampai di tepi kolam segera saya berbalik, Subhanallah ….
Setap semburan nafas keair, baik melalui hidung atau mulut saya ucapkan tasbih
, Maha Suci Engkau ya Allah. Betapa tidak sempurnanya hambamu. Betapa banyaknya
kekuranganku, ya Allah. Betapa agungnya engkau jauh dari kekurangan dan ketidak
layakan. Saya lakukan terus sampai kembali ke tepi kolam.
Hari masih sepi. Hanya saya sendiri yang berenang di kola
ini. Seolah kolam ini milik saya sendiri. Suasana yang sepi ini makin
meningkatkan ke-khusuk-an saya berenang sambil memuji asma-Nya.
Sampai ke tepi, lagi saya berbalik sambil mengucapkan, Alhamdulillah…,
segala puji bagimu ya Allah. Banyak sekali nikmat yang telah Kau limpahkan
kepada hambamu ini …. tak terkira banyaknya. Tetap sayangilah hamba ya Allah.
Setiap tolakan tangan saya bersyukur, sambil mengingat semua nikmat Allah,
rasanya saya masih kurang membalas dengan ibadah kepada Mu. Alhamdulillah … hup
…. Alhamdulillah …
Kembali sampai ke tepi, saya segera berbalik dan mengucapkan
La illaha illa Allah… setiap tolakan saya berdoa, semoga sampai ajal menjemput
nanti, tidak ada yang menggeser keyakinan saya bahwa Engkaulah dan hanya
Engkaulah yang patut saya sembah. Kau ajarkan keyakinan ini sejak Kau ciptakan
manusia pertama Adam dan semoga tetap diikuti umatMu sampai akhir zaman. Lindungilah
hambamu ini dari dosa sirik, dosa terbesar. …. La illaha illa Allah ….
Tidak terasa, sampailah saya ke tepi kembali dan segera
setelah berbalik saya ucapkan, Allahu Akbar. Setiap hentakan tangan dan kaki
meluncur dari mulut saya ucapan Takbir, menyembur bersama semburan
gelembung-gelembung nafas saya. Engkau Maha Besar, semua milik-Mu. Semua,
mutlak milik-Mu. Bahkan tubuh yang sedang berolah-raga inipun, bila kau tetapka
sakit, hamba tidak kuasa menolaknya. Ya, Allah Maha besar Engkau. Allahu Akbar
Sampai ke ujung tepi kolam, saya berarti telah berenang
tidak berhenti lima kali bolak-balik. Saya tetap berbalik dan kembali saya
ber-zikir dari awal … Astaghfirullah. Hitungan demi hitungan saya terus
berenang, tasbih, tahmid, takbir …. Tak terasa 10 kali berenang bolak-balik, 20
kali, 30 kali dan 40 kali. Saya menyudahi dalam hitungan ke 42 kali, target
pagi ini.
Sampai saya selesai berenang sekitar 40 menit, berarti
saya sudah lebih dari 600 meter berenang non-stop. Lumayan lah untuk usia balak
enam, memang tidak sebagus performa saya saat muda, top-topnya.
Saya naik ke permukaan. Kolam masih sepi. Belum ada
perenang lain yang datang. Saya kemudian mandi membersihkan badan dari ujung
rambut sampai telapak kaki. Badan bersih, tubuh segar dan hati-pun lapang. Semoga
gerakan raga dan getaran hatiku, seirama selalu mengingat-Mu, ya Allah. Saya
kembali mengayuh sepedah pulang. Jalan sekarang sedikit menanjak.
Selamat pagi. Wassalamu’alaikum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar