Jumat, 14 Maret 2014

Otak Udang

Kadang-kadang saya kasian kepada Udang. Hal-hal yang buruk dari manusia selalu diserupakan kepada udang. Salah apa ya makhluk ini? Dosa apa, kok udang harus serupa dengan orang yang disebut bungkuk udang. Mengapa orang yang punya niat tidak lurus, kok disebut ada udang dibalik batu. Yang lebih parah, manusia bebal, disebut pula otak udang. Apakah memang tidak ada otak di kepala udang? Konon, otak seekor udang berada di punggungnya, wallahu alam.

Di atas meja makan saya ada sebuah akuarium kecil, hadiah dari anak saya. Aquarium itu buatan luar negeri dengan desain yang kompak dan sangat bagus. Bentuknya hampir seperti kubus. Kaca tepi-tepinya melengkung tanpa ada sambungan. Semua peralatan filter, pompa berada di bagian belakang, sehingga yang muncul dari belakang kotak aquarium tersebut hanya seutas kabel listrik baik untuk lampu LED yang terpasang diatas aquarium, maupun untuk mencatu arus listrik ke pompa airnya.

Selain tumbuhan hidup di dalam aquarium tersebut, saya juga memiliki empat ekor udang kecil. Tiga ekor udang berwarna merah dan seekor berwarna putih. Hidup juga beberapa ekor ikan kecil yang lincah. Udang-udang itu awet, sudah beberapa bulan bertahan hidup. Sedang ikan-ikannya justru sering hilang atau mati dan saya kadang-kadang harus menggantinya.

Makanan ikan dan udang itu adalah cacing kering, yang banyak di jual di toko ikan. Biasanya saya cuil-kan sedikit cacing kering dan saya letakan di permukaan air. Cacing itu akan mengambang di sekitar pusaran air dari mulut pompa. Pada daerah itu arus air lumayan besar, sehingga ikan-ikan itu hanya mampu sekejab menggigit umpan dan segera kembali kebalik air yang tenang. Dua-tiga kali makanan di sambar ikan, cacing kering itu akan buyar berserakan terdorong oleh arus air. Setelah cacing ambyar menjadi serpihan-serpihan kecil, barulah ikan-ikan itu dengan mudah menyantapnya.

Akan halnya dengan udang, mereka tidak segesit ikan. Udang tidak memiliki sirip yang kuat, alat berenangnya hanyalah kaki-kaki kecilnya yang lucu bersama-sama seirama mendayung kedepan. Udang tidak mampu melawan arus. Bila ia memasuki daerah yang berarus deras, langsung ia terseret arus tidak berdaya. Udang tidak mampu berenang cepat dan menyambar makanan.

Bila saat pakan tiba, udang-udang itu biasanya hinggap di ujung tanaman atau justru nongkrong di mulut keluar pompa air. Pada area itu arus air tidak besar. Dengan sabar mereka menunggu makanan yang lewat terseret arus liar. Manakala ada kesempatan, ia segera melompat, sengaja membiarkan tubuhnya terdorong arus dan …. Hup …. Dengan gesit tangan-tangannya mencengkram sebongkah makanan. Kemudian ia masih membiarkan dirinya terseret arus, sampai akhirnya hinggap di dedaunan dengan tetap mendekap makanannya. Barulah kemudian dengan santai udang-udang ini menikmati hasil tangkapannya.


Nah, sekalipun hewan ini lemah, lamban, namun siapa bilang udang tidak berotak?

Senin, 10 Maret 2014

Baracuda

Baracuda termasuk keluarga ikan yang buas, bahkan ada yang menyamakannya dengan piranha. Badannya yang panjang ramping serta giginya yang tajam mengcengkram, menjadikan ia sosok pemburu yang ditakuti di lautan. Ikan ini mampu berenang cepat dan berani menyerang ikan lain yang bahkan lebih besar dari tubuhnya. Baracuda bisa tumbuh besar sampai dua meter dan menjadi makin berbahaya. Para pengawas taman laut, biasanya mengusir Baracuda ini agar menjauh dari kawasan taman, supaya tidak mengganggu ikan-ikan lain penghuni taman maupun para perenang yang sedang menikmati keindahan taman laut.

Tapi, penguasa samudra ini, ternyata tidak berdaya di hadapan para pencinta sea-food. Dagingnya yang lembut dan tidak berduri menjadikannya menjadi santapan yang ramah, nyaman dan lezat. Pemancing yang beruntung mendapatkan ikan jenis ini, biasanya cukup memotong-motong dan menyimpannya di lemari es untuk menu beberapa hari. Para juru masak lokal di Manado, dimana banyak dijumpai ikan ini, menyarankan untuk di tim (kukus) agar kita tidak kehilangan dagingnya. Membakar daging Baracuda, tidak dianjurkan karena lemak ikan ini akan meleleh dan lenyap. Sayang.

Saya terkejut ketika mendapatkan menu Baracuda di restoran Shotimah di jalan Magelang. Medari Sleman.

 -          Ini fillet apa ikan utuh? Tanya saya kepada penjaganya.
-          Utuh pak
-          Lho, kan ikan-nya besar?, penasaran berdasarkan pengalaman mancing saya..
-          Ikannya kecil kok pak.

 Oke, saya harus mencobanya. Ditawarkan dua jenis masakan, saus lada hitam apa saus tiram? Saya memilih saus tiram, agar mendapatkan rasa pedas cabe dan bukan pedasnya lada. Setelah masakan dihidangkan …..Wah, tidak menyesal saya memilih menu ini, rasanya melebihi harapan. Kembali bisa saya masukan daftar restoran untuk menyuguhi makan siang atau makan malam tamu yang berkunjung.


Restoran Shotimah, terletak di kira-kira km 15, jalan Magelang. Di seberang RM Mbok Berek Medari, atau kalau dari arah Magelang sebelum SBPU Medari dan setelah toserba WS. Harganya untuk kantong pensiunan-pun, masih cukup bersahabat. Bon apetit.