Lalu-lintas Jogja Magelang makin hari makin padat.
Berulang kali jalan ini dilebarkan dan dipasang tanggul pemisah untuk
mengurangi banyaknya kecelakaan yang makin meningkat sebagai imbas lalu lintas
yang makin padat dan makin cepat.
DI sekitar kilometer lima belas, tepatnya setelah pabrik
Garment, sebelah kiri jalan, dari arah Jogja, ada sebuah rest area yang sederhana
namun tidak terlampau kecil. Satu dua Bus atau beberapa mobil bisa parkir dengan
leluasa di lapangan tanah itu. Biasanya penumpang yang menuju Magelang,
Semarang atau bahkan Jakarta, turun dari mobil untuk berbelanja Salak Pondoh
yang dijajakan di sana.
Para pedagang
Salak Pondoh tersebut menempati beberapa bedeng dibawah naungan pohon-pohon
Ceri atau Kersen yang rindang. Dibawah sinar matahari siang yang terkadang
menyengat, tentu saja keteduhan dibawah pohon Ceri memberikan kenyamanan
tersendiri bagi para pembeli Salak Pondoh tersebut.
Sesekali saya melewati tempat itu saat jalan pagi.
Biasanya, para pedagang masih belum buka dasar, bedeng-bedeng masih pada
kosong. Buah-buah Ceri yang merah ranum selalu menarik perhatian saya.
Kadang-kadang buah itu cukup rendah untuk digayuh dan di petik. Bila saya
sedang beruntung, kadang-kadang saya dapatkan satu dua buah yang merah, rasanya
sangat manis. Kadang-kadang saya harus cukup puas dengan buah yang masih
berwarna kecoklatan karena belum matang benar.
Kemarin pagi, saya melihat seorang Bapak tua yang naik
diatas dahan pohon Ceri sambil membawa golok. Pak tua ini seolah dikirimkan Tuhan
kepada saya untuk memangkas dahan-dahan pohon Ceri yang terlalu tinggi yang
hampir menyentuh kabel listrik di bawahnya.
Dan diantara dahan dan dahan pohon Ceri yang berserakan
di tanah, saya mendapatkan banyak sekali buah Ceri masak, baik yang masih melekat
di ranting maupun yang sudah berjatuhan di tanah. Belum pernah seumur hidup
saya makan buah Ceri sebanyak pagi itu. Betul-betul saya puas dan kenyang.
Terima kasih ya Allah, Kau kirimkan sarapan pagi yang sehat dan sangat lezat.
Alhamdulillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar