Selasa, 23 Juli 2013

Menjemur Gabah



Musim panen seperti saat ini, padi berlimpah. Padi yang sesaat habis di panen adalah padi basah yang sekalipun laku bila hendak dijual, namun tentu harganya berbeda dengan padi yang sudah kering. Lagipula padi kering lebih awet untuk disimpan lama, toch paling tidak persediaan untuk panen berikutnya. Itu sebabnya padi harus dijemur. Nah, karena banyak sekali petani yang panen, setiap hari mereka seakan-akan berlomba-lomba menjemur padi.

Gabah atau bulir padi dijemur dengan beralaskan terpal ataupun anyaman bambu. Namun bila halaman rumah memiliki tempat menjemur yang berupa pelataran bersemen, maka tidak diperlukan alas lagi. Bila tidak memiliki tempat menjemur sendiri yang tentu saja mahal, maka mereka dapat menjemur di jalan-jalan desa.

Maka penuhlah jalan-jalan desa dengan pemandangan jemuran padi yang menguning. Aspal hitam adalah tempat yang ideal untuk menjemur karena seolah menyimpan panas dan padi diatasnya menjadi lebih cepat kering. Pada beberapa tempat dimana aspalnya hotmixnya mulus, petani malah tidak menggunakan alas lagi. Padi langsung diguyurkan dari karung plastik ke permukaan aspal kemudian diratakan. Pada saat mengumpulkannya kembali, sore nanti, cukup disapu dan di cikrak.

Apakah jemuran padi ini mengganggu lalu lintas? Sama sekali tidak. Sudah menjadi konsensus, kendaraan, sepeda, sepeda motor bahkan mobil dipersilahkan untuk melindasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar