Tembakau adalah emas hijau. Tanaman ini bernilai jual
tinggi, sekalipun ada resiko gagal panen, manakala hujan turun membasahi daun
yang siap panen. Konon ada belasan juta
orang stake-holders dari tembakau ini dan periuk nasi mereka tergantung kepada
daun-daun hijau yang lebar dan segar ini.
Dari industri rokok saja, cukai rokok menyumbang lebih
dari 100 trilyun rupiah ke APBN. Belum lagi penghasilan para karyawan pabrik
rokok, petani tembakau dan petani cengkeh. Suatu jumlah yang luar biasa
besarnya. Sebaliknya tidak ada catatan berapa obat, ongkos operasi paru-paru,
kemoterapi yang dibelanjakan untuk mengobati sakit akibat merokok.
Kita harus menghormati hak para perokok, mereka dengan
sadar telah mengambil resiko penyakit akibat merokok. Namun sebaliknya, para
perokok juga harus menghormati hak yang tidak merokok. Perokok pasif, ternyata
lebih rentan terserang penyakit paru-paru dari pada perokok itu sendiri.
Bersyukurlah kalau kita bukan pecandu rokok. Kita
memiliki dua tugas utama, pertama jangan sampai kita tergelincir menjadi
perokok, karena banyak hati kecil para perokok yang sesungguhnya ingin berhenti
merokok. Tugas kedua adalah menjaga anak-anak, remaja agar tidak ikut-ikutan
merokok. Saya tahu, tugas kedua ini tidaklah ringan, namun kita tidak boleh
menghindar..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar