Di halaman rumah saya tumbuh pohon jeruk purut yang sudah
lumayan tua dan berbuah lebat. Kebetulan jenisnya jenis yang baik, air
perasannya sangat banyak. Saya sering menggunakan air perasannya untuk
menetralisir bau anyir dari ikan, baik ikan air tawar maupun ikan air laut.
Bila hanya untuk keperluan lotek atau sambal, airnya sangat berlebih dan sisa jeruk
yang tidak terpakai, terpaksa saya buang.
Daun jeruk purut yang bertingkat dua ini pun banyak
manfaatnya. Saya sering menggunakannya untuk menyedapkan adonan tepung. Daunnya
diiris setipis mungkin dan di taburkan ke adonan tepung sebelum menggoreng
tempe. Rasa goreng tempenya menjadi lebih sedap.
Suatu malam, istri saya hendak menyiapkan santap malam.
Di desa memang malam sangat sepi dan jauh dari restoran maupun warung makan,
jadi kita harus menyiapkan sendiri apa adanya. Untungnya di kulkas biasanya
tersedia bumbu pecel dan persediaan sayuran. Kita patut bersyukur ada warisan resep
pecel ciptaan nenek moyang kita. Makanan sehat dan paling mudah
mempersiapkannya. Begitulah, setelah semua sayur selesai dikukus. Pelengkap
krupuk sudah di goreng, tinggal membuat adonan bumbu pecel. Untuk mengencerkan
bumbu pecel, kita biasa menggunakan bekas rebusan sayur, agar bau sayur tetap
melekat ke sambalnya.
Nah, belum lengkap bumbu pecel bila belum dikucuri jeruk
purut. Karena gelap, tidak mungkin saya memanjat dan memetik buahnya. Jalan
yang paling mudah adalah menggoyang pohonnya, pelan-pelan saja agar tidak
terlalu banyak jeruk yang jatuh, cukup satu atau dua saja. Alhamdulillah memang
hanya satu jeruk tua yang jatuh. Sudah lebih dari cukup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar