Budi daya ikan nampaknya mudah dan menyenangkan, tapi
ternyata mengerjakannya tidak semudah memandangnya. Kualitas air, tentu saja
itu yang paling utama. Tidak sembarang air cocok untuk sembarang ikan.
Kemudian, debit aliran air, juga sangat berpengaruh atas beberapa jenis ikan.
Di desa saya, banyak sungai kecil yang airnya mengalir dengan teratur,
sekalipun di musim kemarau tidak terlalu deras. Ikan emas yang membutuhkan air
deras tidak terlalu cocok, sehingga saya jarang mendapatkannya. Yang banyak di
pelihara di kolam-kolam di tepi sungai adalah ikan Nila atau ikan Gurame. Di
desa lain, yang lebih tinggi, di lereng gunung, barulah penduduk memelihara
ikan emas.
Selain di kolam-kolam besar diantara kebun dan sawah
dipinggiran sungai, kolam ikan juga banyak sekali dijumpai di halaman
rumah-rumah penduduk desa. Padahal rumah-rumah mereka jauh sekali dari sungai
yang mengalir. Lho kok bisa? Air muncrat 24 jam sehari dari pipa-pipa yang
dilubangi, mengalirkan oksigen yang cukup kepada Gurame-gurame atau Nila yang
gemuk-gemuk. Ikan ini sehat dan gemuk karena makanannya terjamin setiap saat,
baik daun-daun papaya, singkong atau keladi ataupun setidak-tidaknya sisa-sia
meja makan.
Penjelasannya begini. PU di desa-desa sangat aktif
membangun tandon-tandon air di banyak dusun. Tanki air raksasa yang berwarna
biru menyolok terselip diantara rumah-rumah penduduk. Air dari mata air yang
bersih dialirkan setiap saat ke tanki PU ini dan didistribusikan ke rumah-rumah
disekitarnya. Penduduk berlangganan air dengan biaya yang sangat murah. Sebuah fasilitas yang mewah
yang tidak kalah dengan di kota dan dengan
biaya yang sangat terjangkau. Syukur, penduduk memiliki banyak pilihan untuk
mendapatkan air bersih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar