Di kota memang banyak sekali sepeda, apalagi di hari
Minggu. Sepeda di kota umumnya adalah alat olah raga dan rekreasi. Anak-anak
kota pun memiliki sepeda sebagai permainan. Lain halnya di desa. Sepeda menjadi
alat transport utama. Sepeda bertebaran di pinggir sawah atau kebun, menunggui
pemiliknya selesai bekerja. Sepeda-sepeda kuno juga tidak sedikit, kebanyakan
peninggalan orang tua atau kakek neneknya.
Sepeda juga menjadi alat transport utama anak sekolah. Pagi
hari jalan-jalan di desa sibuk berlalu lalang anak sekolah bersepeda. Jarak
sekolah dengan rumah terkadang tidak dekat dan harus melalui ladang dan sawah
yang cukup luas. Kendaraan umum tidak ada. Ojeg pun tidak ada. Pilihannya hanya
berjalan kaki atau bersepeda. Sepeda menjadi andalan transportasi mereka yang
utama. Tempat parkir sepeda di sekolah-sekolah penuh sesak dengan sepeda para
siswa.
Karena sepeda masih banyak, maka bengkel sepeda juga
masih diperlukan. Sepeda memerlukan perawatan atau reparasi manakala terjadi
kerusakan. Spare parts sepeda juga cukup laris. Jasa terlaris adalah ban
sepeda, tambal ban adalah pekerjaan sehari-hari sebuah bengkel sepeda. Ban
sepeda juga menjadi dagangan yang paling banyak di butuhkan. Di sebuah kota
kecamatan, saya masih menemukan sebuah toko sepeda yang memiliki belasan sepeda
kuno, belum dikenal oleh para pemburu barang antik.
Penduduk desa layak bersyukur, badannya sehat karena
banyak menggenjot pedal sepeda dan udaranyapun belum banyak disemprot knalpot
kendaraan bermotor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar