Jumat, 14 Juni 2013

Pepes

Di desa banyak sungai kecil yang airnya tidak henti mengalir, sekalipun di musim kemarau. Banyak orang berternak kolam ikan bahkan juga di pekarangan rumah. Jenis ikan yang mereka pelihara juga beragam, mulai nila, lele atau gurame. Hanya ikan mas yang jarang saya jumpai.

Melihat ikan yang gemuk-gemuk ini saya ingat salah satu kegemaran saya saat saya masih tinggal di Bandung, yakni pepes ikan mas. Apa boleh buat, ikan mas tidak saya temukan, saya mencoba membuat pepes ikan nila. Siapa tahu pepes buatan saya lezat dan bisa dikomersialkan.

Konon pepes yang lezat harus diolah secara alami dan di kukus dengen kayu bakar dan bukan dengan api dari gas Elpiji. Kebetulan di rumah saya dan di seluruh desa kayu bakar berlimpah. Kayu bakar ini berasal dari tebangan pohon, sisa penggergajian kayu, pelepah kelapa maupun bambu sisa bangunan rumah. Banyak kayu bakar yang bertumpuk di pekarangan, tidak dimanfaatkan karena jaman sekarang orang dengan mudah memasak menggunakan kompor gas.

Saya mencoba menggunakan kuali dari tanah liat dan kukusan bambu, agar betul-betul aroma pepes saya tidak mengandung aluminium atau logam lainnya. Resep pepes saya dapatkan dari browsing di Internet. Bumbu-bumbu pepes tersedia di pasar desa dengan harga yang tidak terlalu mahal. Begitulah, saya mengadakan percobaan, dari awal-awal hampir 10 jam, sampai kemudian hanya 6 jam. Saya juga mencoba membuat pepes dari ikan mas yang hanya bisa saya peroleh dari Super Market di kota, karena di desa tidak saya temukan.

Saat saya menengok cucu di Jakarta, saya membawa beberapa bungkus pepes ikan nila yang saya bagikan ke famili-famili di Jakarta. Mereka memuji kelezatan pepes buatan saya dan hati saya berbunga-bunga, nah bisa nich menjadi produsen pepes. Namun, ketika saya kembali ke desa, singgah di sebuah warung dekat perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat, saya memesan pepes. Wah, pepes di warung itu lebih kering, mempur dan jauh lebih lezat.

Niat menjadi juragan pepes terpaksa saya tunda dahulu, sebelum menemukan resep dan methode yang jitu. Tapi pengalaman memilih ikan, mbeteti (membersihkan dan mengeluarkan isi perut) ikan, memasak dengan kayu bakar dan kuali menjadi pengalaman yang sangat menyenangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar