Rabu, 14 Agustus 2013

Dilema Tembakau

Tembakau adalah emas hijau. Tanaman ini bernilai jual tinggi, sekalipun ada resiko gagal panen, manakala hujan turun membasahi daun yang siap panen.  Konon ada belasan juta orang stake-holders dari tembakau ini dan periuk nasi mereka tergantung kepada daun-daun hijau yang lebar dan segar ini.
Dari industri rokok saja, cukai rokok menyumbang lebih dari 100 trilyun rupiah ke APBN. Belum lagi penghasilan para karyawan pabrik rokok, petani tembakau dan petani cengkeh. Suatu jumlah yang luar biasa besarnya. Sebaliknya tidak ada catatan berapa obat, ongkos operasi paru-paru, kemoterapi yang dibelanjakan untuk mengobati sakit akibat merokok.

Kita harus menghormati hak para perokok, mereka dengan sadar telah mengambil resiko penyakit akibat merokok. Namun sebaliknya, para perokok juga harus menghormati hak yang tidak merokok. Perokok pasif, ternyata lebih rentan terserang penyakit paru-paru dari pada perokok itu sendiri.


Bersyukurlah kalau kita bukan pecandu rokok. Kita memiliki dua tugas utama, pertama jangan sampai kita tergelincir menjadi perokok, karena banyak hati kecil para perokok yang sesungguhnya ingin berhenti merokok. Tugas kedua adalah menjaga anak-anak, remaja agar tidak ikut-ikutan merokok. Saya tahu, tugas kedua ini tidaklah ringan, namun kita tidak boleh menghindar..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar