Jumat, 30 Agustus 2013

Jeruk Purut

Di halaman rumah saya tumbuh pohon jeruk purut yang sudah lumayan tua dan berbuah lebat. Kebetulan jenisnya jenis yang baik, air perasannya sangat banyak. Saya sering menggunakan air perasannya untuk menetralisir bau anyir dari ikan, baik ikan air tawar maupun ikan air laut. Bila hanya untuk keperluan lotek atau sambal, airnya sangat berlebih dan sisa jeruk yang tidak terpakai, terpaksa saya buang.

Daun jeruk purut yang bertingkat dua ini pun banyak manfaatnya. Saya sering menggunakannya untuk menyedapkan adonan tepung. Daunnya diiris setipis mungkin dan di taburkan ke adonan tepung sebelum menggoreng tempe. Rasa goreng tempenya menjadi lebih sedap.

Suatu malam, istri saya hendak menyiapkan santap malam. Di desa memang malam sangat sepi dan jauh dari restoran maupun warung makan, jadi kita harus menyiapkan sendiri apa adanya. Untungnya di kulkas biasanya tersedia bumbu pecel dan persediaan sayuran. Kita patut bersyukur ada warisan resep pecel ciptaan nenek moyang kita. Makanan sehat dan paling mudah mempersiapkannya. Begitulah, setelah semua sayur selesai dikukus. Pelengkap krupuk sudah di goreng, tinggal membuat adonan bumbu pecel. Untuk mengencerkan bumbu pecel, kita biasa menggunakan bekas rebusan sayur, agar bau sayur tetap melekat ke sambalnya.


Nah, belum lengkap bumbu pecel bila belum dikucuri jeruk purut. Karena gelap, tidak mungkin saya memanjat dan memetik buahnya. Jalan yang paling mudah adalah menggoyang pohonnya, pelan-pelan saja agar tidak terlalu banyak jeruk yang jatuh, cukup satu atau dua saja. Alhamdulillah memang hanya satu jeruk tua yang jatuh. Sudah lebih dari cukup. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar