Jumat, 23 Agustus 2013

Jagung

Untung ada jagung. Tanaman yang tahan kering ini menjadi andalan petani di musim kemarau, dimana air mulai berkurang. Padi dalam satu tahun, cukup ditanam dua kali saja. Sisa waktu sebelum kembali musim hujan, petani bisa menanam tanaman lain, tapi jagung menjadi pilihan utama. Jagung memang tanaman yang kecil resiko gagalnya. Saat menjelang panen, sengaja batang atas yang masih berdaun hijau dipotong guna makanan sapi sedang buah jagungnya di biarkan kering, kalau sudah tidak ada hujan, malah saat masih melekat, kulit buahnya (klobot) sengaja dikupas agar lebih kering lagi.

Sesungguhnya buah jagung bisa di santap segala usia. Jagung bayi boleh dimasak bersama-sama capjay. Jagung muda bisa juga di buat perkedel jagung, disajikan di restoran-restoran kelas atas. Jagung muda juga setidaknya bisa dipotong-potong dan dicemplungkan ke sayur bayam bening. Atau kalau di pegunungan,saat  udara dingin orang senang mengudap jagung rebus atau jagung bakar sebagai teman minum kopi panas. Konon jagung bakar yang dijual di jalan Dago Bandung bisa diolah dengan ramuan Empat Rasa. Weh lah ada-ada saja, wong jagung direbus thok saja sudah enak, kok di kasih ramuan cem-macem.

Tapi jagung yang paling safe ya dibiarkan sampai tua, di preteli dari bonggolnya dan di simpan bisa tahan lama. Kapan-kapan simpanan ini bisa di tumbuk dan dijadikan nasi jagung, sekedar selingan nasi, apalagi bila lauknya kepompong ulat daun Jati. Rasanya sih ‘not so bad’, ingat jaman susah di tahun 60-an.


Bila kepepet, jagung simpanan ini bisa juga dijual dan sangat likuid. Pemborong utama adalah pabrik makanan ternak yang setiap hari membutuhkan berkwintal jagung cacah, maklum ternak-ternak ini memang hidupnya memang untuk di potong. Makanya bila kita sedang menyantap ayam goreng KFC, jangan lupa berterima kasih, bersyukur ada pak Tani yang menanam jagung, untuk makanan ayam yang sedang anda nikmati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar